LAPORAN SURVEY SANITASI LINGKUNGAN MASYARAKAT BANTARAN
SUNGAI CODE DI RT 10, SENDOWO, SLEMAN, D.I.YOGYAKARTA
Dosen
Pengampu:
Aulia
Ulfah Farahdiba
Disusun:
Ridho Fadly (11513099)
Dwianti Novira Subiantoro (13513058)
Hardanto Ridho R. (13513168)
Galis Asmara (13513169)
UNIVERSITAS ISLAM
INDONESIA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL
DAN PERENCANAAN
JURUSAN TEKNIK
LINGKUNGAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Usaha peningkatan kesehatan
lingkungan yang umumnya dikenal dengan sebutan sanitasi merupakan salah satu
tindakan yang dimaksudkan untuk pemeliharaan kesehatan maupun pencegahan
penyakit pada lingkungan fisik, sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2003). Sanitasi adalah suatu usaha
pencegahan penyakit dengan melenyapkan atau mengendalikan faktor-faktor risiko
lingkungan yang merupakan mata rantai penularan penyakit (Ehler, 1986).
Selanjutnya, Wijono (1999) menyatakan bahwa sanitasi merupakan
kegiatan yang mempadukan (colaboration) tenaga kesehatan lingkungan
dengan tenaga kesehatan lainnya. Hal ini dilandasi oleh adanya keterkaitan
peran dan fungsi tenaga kesehatan di dalam kegiatan pelayanan kesehatan
masyarakat yang terpadu dan komprehensif. Colaboration kegiatan
sanitasi dikoordinir oleh tenaga kesehatan lingkungan atau sanitarian yang
memiliki kompetensi dan keahlian mereka di bidang kesehatan lingkungan.
Sedangkan tenaga medis, perawat, bidan, petugas farmasi, petugas laboratorium
dan petugas penyuluh kesehatan berperan sebagai mitra kerja.
Sejak manusia mulai hidup bermasyarakat, maka sejak saat
itu sebuah gejala yang disebut masalah sosial berkutat didalamnya. Sebagaimana diketahui, dalam realitas
sosial memang tidak pernah dijumpai suatu kondisi masyarakat yang ideal. Dalam
pengertian tidak pernah dijumpai kondisi yang menggambarkan bahwa seluruh
kebutuhan setiap warga masyarakat terpenuhi, seluruh prilaku kehidupan sosial
sesuai harapan atau seluruh warga masyarakat dan komponen sistem sosial mampu
menyesuaikan dengan tuntutan perubahan yang terjadi. Dengan kata lain das sein
selalu tidak sesuai das sollen. (Soetomo,
2008)
Pada jalur yang searah, sejak tumbuhnya ilmu pengetahuan
sosial yang mempunyai obyek studi kehidupan masyarakat, maka sejak itu pula
studi masalah sosial mulai dilakukan. Dari masa ke masa para sosiolog
mengumpulkan dan mengkomparasikan hasil studi melalui beragam perspektif dan
fokus perhatian yang berbeda-beda, hingga pada akhirnya semakin memperlebar
jalan untuk memperoleh pandangan yang komprehensif serta wawasan yang luas
dalam memahami dan menjelaskan fenomena sosial. Buku ini hadir dengan fokus
studi masalah sosial yang sekaligus memuat referensi dan rekomendasi bagi
tindakan untuk melakukan penanganan masalah. Di negara-negara berkembang,
tindakan untuk melakukan perubahan dan perbaikan dalam rangka penanganan
masalah sosial menjadi perhatian yang sangat serius demi kelangsungan serta
kemajuan bangsanya menuju cita-cita kemakmuran dan kesejahteraan (Suwarsono,1994).
1.2
Tujuan
a. Tujuan Umum : Melakukan survei sanitasi perumahan
b. Tujuan Khusus :
1.
Untuk Mengetahui
Sarana Sanitasi pada kawasan Bantaran Sungai Code
2.
Untuk mengetahui
Kualitas Lingkungan dan perilaku masyarakat serta kesehatan lingkungan pada RT
10, Sendowo, Sleman.
1.3
Manfaat
a. Mendapatkan informasi yang akurat tentang kondisi
sebenarnya masyarakat Bantaran Sungai Code
b. Menjadi acuan penelitian dan dapat menyimpulkan kualitas
lingkungan, perilaku masyarakat dan kesehatan lingkungan pada RT 10, Sendowo,
Sleman.
BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1 Sungai Code
Sungai Code yang membelah Kota Yogyakarta kini tidak
lagi bersih dan indah. Sejak beberapa
tahun terakhir ini, sungai Code sudah tercemar limbah pembuangan dari
hotel-hotel yang ada diseputaran sungai tersebut. Kondisi demikian ini, membuat
air sungai keruh dan kotor sehingga tidak tampak bersih. Padahal sebelumnya
sungai yang membelah jantung Kota Budaya
ini, cukup bersih dan banyak ikannya. Pada bantaran sungai Code telah dipenuhi
oleh pemukiman penduduk, sehingga beberapa tahun lalu terjadi pencemaran yang
gemar dilakukan masyarkatanya dengan membuang sampah semabarangan pada sungai.
Dengan view atau pemandangan pemukiman
aseli warga ledok Code yang lebih tertata dan rapi, dan di sejumlah lokasi
terlihat bangunan rusunawa. Pola pikir warga
pun mulai berkembang atas arahan YB Mangunwijaya atau lebih dikenal
dengan panggilan Romo Mangun
Sungai atau Kali Code, sejatinya adalah satu dari 3
sungai besar yakni Kali Winongo dan Kali Gajah Wong yang membelah kota Jogja.
Tapi dari ketiganya, Code lah yang memiliki daya tarik paling kuat. Bukan saja
menyangkut aspek sejarah sebagai sungai pemisah dua kerajaan, yakni Kasultanan
Ngayogyakata dan Pura Pakualaman. Tapi juga sejarah panjang Code bisa menjadi cerita menarik bagi
generasi sekarang. Akses jalan dengan lebar 2 meter di kiri dan kanan bantaran
sungai, sangat nyaman untuk jalur olahraga ringan jalan kaki dan aktivitas
wisata susur sungai.
2.2 Sejarah
Bercerita
tentang sejarah kali Code, maka tak lepas dari peran seorang budayawan, Y.B.
Mangunwijaya atau yang lebih dikenal dengan Romo Mangun. Pada tahun 1970-an,
Kali Code relatif tidak dapat dimanfaatkan lagi karena dipenuhi sampah rumah
tangga. Karena kepeduliannya yang tinggi terhadap kebersihan lingkungan di Kali
Code, maka Romo Mangun melakukan suatu usaha untuk menciptakan lingkungan Kali
Code yang bersih dan indah sehingga dapat menjadi sebuah alternatif tempat
wisata bagi masyarakat sekitarnya.
Pertama
kali, Romo Mangun tinggal di bantaran Kali Code untuk memberi contoh kepada
warga setempat untuk menjaga kali dengan cara tidak membuang sampah di kali.
Hasilnya, sejak saat itu banyak turis lokal hingga mancanegara yang berwisata
mengunjungi Kali Code.
Sepeninggal
Romo Mangun, upaya pelestarian Kali Code diteruskan oleh para pegiat sosial
yang tergabung dalam Yayasan Pondok Rakyat. Yayasan ini juga aktif membangun
kampung percontohan seperti Badran, Tungkak, Kricak, dan Sidomulyo, yang
kondisinya sama dengan kampung Kali Code.
Organisasi
sosial lainnya yang juga memiliki kepedulian terhadap pemberdayaan Kali Code adalah Pemerti Code. Pemerintah Kota Yogyakarta juga berpartisipasi dalam program pemberdayaan Kali
Code.
2.3 Letak dan Lokasi
Sungai Code terletak di Kelurahan Kota Baru, Kecamatan
Gondokusuman, Yogyakarta. Bantaran Kali Code membujur dari Jembatan Tungkak,
Jembatan Sayidan, Jembatan Juminahan, Jembatan Gondolayu, Jembatan Sarjito,
Jembatan Blunyah, Jembatan Ring Road Utara, Jembatan Dayu, dan Jembatan
Plumbon. Anda dapat menikmati keindahan kali Code dari atas jembatan-jembatan
ini, atau Anda dapat turun ke kampung di bantaran Kali Code untuk melihat Kali
Code lebih dekat, atau untuk berinteraksi dengan warga setempat.
Sepanjang aliran Kali
Code, ada beberapa tempat yang bisa didatangi. Yaitu, Kampung Gondolayu dan
Terban. Juga Kelurahan Kota Baru, Gondokusuman. Letak di tengah kota, sangat
mudah menjangkaunya, dengan berbagai alternatif kendaraan umum dan pribadi.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah Pengumpulan
Data Lapangan berupa:
a. Site
Reconnaissance
Yaitu sebuah metode yang
dilakukan dengan pengamatan langsung (survey lapangan) kawasan yang menjadi
objek penelitian. Metode ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum kawasan
dan masalah yang ada didalamnya. Sehingga para peneliti mendapatkan data
kualitatif. Metode ini memberikan gambaran yang lebih luas dan terintegrasi.
b. Metode Field Interviews
Yaitu metode yang dilakukan
dengan wawancara. Selain itu peneliti juga melakukan kuesioner dengan
pertanyaan terstruktur yang disusun sebelumnya maupun pertanyaan terbuka.
Metode ini mengandalkan kemampuan pewawancara menjalin hubungan harmonis’
dengan yang diwawancara. Selain itu peneliti juga harus memahami pertanyaan
dengan baik dan sabar.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
4.1 Air Bersih Warga Dibantaran Sungai Code
Dari hasil lapangan yang kami lakukan di permukiman
sekitar Sungai Code, air bersih yang digunakan oleh para penduduk adalah air
PDAM dan air sumur. Hal itu disebabkan karena air dari Sungai Code sudah tidak
layak untuk digunakan. Ketidaklayakan tersebut dapat terlihat dari keruhnya air
dan banyaknya sampah yang berserakan di sekitar sungai. Tetapi, masih ada
sebagian orang yang mandi dan membiarkan anak-anak mereka bermain air di sungai
tersebut.
Para penduduk di sekitar Sungai Code kebanyakan
menggunakan air sumur karena beberapa dari mereka tidak suka menggunakan air
PDAM yang mereka rasa terlalu banyak kaporit di air itu. Masyarakat yang telah
banyak menggunakan air PDAM pun terkadang masih meminta air di tetangga mereka
yang menggunakan air sumur. Air sumur yang digunakan oleh warga disana pun
kebanyakan menggunakan air sumur pribadi.
4.2 Kesehatan Masyarakat
Sekitar
Setelah dilakukan survey di pemukiman sekitaran kali
code tentang sanitasi yang ada di pemukiman warga tepatnya di RT 10 beberapa
dari warga masih ada yang tidak menggunakan septictank,mereka langsung
mengalirkan perpipaan dari kamar mandi maupun closed langsung menuju ke
sungai,karena masih kurangnya kesadaran dari masyarakat ini dan jarangnya
sosialisasi yang di lakukan institusi terkait akan hal ini menyebabkan minimnya
tingkat kebersihan lingkungan di sekitaran kalicode.
Akibat dari perilaku masyarakat yang masih kurangnya
tingkat kesadaran akan lingkungan yang bersih dan sanitasi yang bagus dan
minimnya sosialisasi dari institusi terkait maka kasus kasus tentang timbulnya
penyakit di permukiman pun bermunculan,seperti terjadinya gatal-gatal di
tubuh,dan munculnya bintik-bintik. Belum lagi ketika terjadi hujan maka debit
permukaan sungai pun meningkat serta menimbulkan bau,hal ini juga di nyatakan
oleh warga,bau tersebut muncul karena adanya limbah rumah sakit sardjito yang
ternyata di buang ke badan sungai sehingga warga pemukiman kalicode menerima
imbas dari hal tersebut.
4.3 Kondisi Drainase
Dari kondisi eksisting di lapangan dapat dilihat
bahwa warga bantaran sungai code tidak memiliki saluran drainase melainkan
beberapa warga memiliki saluran air buangan ke sungai. Saluran ini memungkinkan
kerja rangkap antara saluran air limbah dan hujan. Adapun air hujan apabila
turun langsung diserap ke tanah, permukaan tanah yang menggunakan pavin block
memberikan celah bagi air hujan untuk masuk langsung ke tanah. Saat kondisi
hujan, menurut penuturan warga volume air sungai lebih banyak dan tidak jarang
menimbulkan gangguan ke warga seperti pada penjelasan sebelumnya.
4.4 Aspek Lain
Aspek lain
yang kami temukan di lapangan adalah bahwa peran pemerintah belum sepenuhnya
terasa pada masyarakat. Terbukti dari beberapa sampel rumah yang kami wawancara
tidak semuanya pernah dikunjungi permerintah, Namun terdapat salah satu rumah
yang setiap bulan secara berkala rutin diberikan penyuluhan, baik kesehatan
lingkungan, sanitasi dan penyakit-penyakit yang berpotensi membahayakan
lingkungan sekitar. Dari segi partisipasi masyarakat, di RT 10 warga disana cukup
antusias dan paham akan pentingnya menjaga lingkungan sekitar sehingga dibuat
sistem gotong royong per minggu, baik untuk bersih- bersih lingkungan,
pembangunan fasilitas dan kegiatan lain warga sekitar.
BAB V
REKOMENDASI
5.1
Rekomendasi
1. Membangun IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) skala
Komunal untuk menjaga kualitas lingkungan, khususnya air sungai. Fasilitas IPAL
dapat mengurangi pencemaran tanah dan air sumur dari septic tank warga. Potensi
merealisasikan IPAL komunal cukup besar melihat kondisi daerah dan bantaran
sungai yang bisa dimanfaatkan untuk pembangunan fasilitas tersebut,
2. Pemerintah hendaknya secara rutin dan menyeluruh dalam
hal sosialisasi dan edukasi tentang Kesehatan Lingkungan ke masyarakat sekitar
RT 10, Sendowo,
3. Partisipasi masyarakat hendaknya ditingkatkan dalam hal
pengawasan sehingga setiap kegiatan yang berkaitan dengan Kesahatan Lingkungan
dapat terdata, salah satunya tentang riwayat penyakit yang pernah dialami warga
akibat sanitasi.
BAB VI
KESIMPULAN
6.1
Kesimpulan
1.
Hasil survey
menunjukan beragamnya varian warga sekitar tentang sanitasi,
2.
Penggunaan air
bersih di kawasan code RT 10 Sendowo menggunakan air sumur dan air PDAM sebagai
sumber air bersih. Masing – masing memiliki kelebihan dan kekurangannya,
3.
Untuk sanitasi
warga sekitar sudah cukup baik karena telah membangun sarana septic tank namun beberapa warga masih ada
yang belum memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan sungai
sehingga membuang air limbah langsung ke badan air
4.
Kondisi kesehatan
lingkungan juga beragam yaitu ada warga yang pernah merasakan penyakit kulit
berupa gatal – gatal maupun tidak sama sekali.
5.
Tidak ditemukan
saluran drainase di lokasi penelitian,
6.
Permasalahan sungai
yang ada di RT 10 Sendowo hanya volume air yang besar saat aliran lahar dingin.
Daftar Pustaka
Ehler, V and Steel, 1986, Municipal and Rural
Sanitation, 6 th Edition, Mc Graw Hill Book, New York.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat
“Prinsip-prinsip dasar”, Rineka Cipta, Jakarta.
Soetomo, 2008, Masalah Sosial dan Upaya
Pemecahannya, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Suwarsono dan Alvin Y. So., Perubahan
Sosial dan Pembangunan (Jakarta: LP3ES, 1994).
Wijono, Djoko, 1999, Manajemen Kepemimpinan dan
Organisasi Kesehatan, Airlangga University Press, Surabaya
Komentar
Posting Komentar