Sahabat Kecilku


Tak terasa, usia ku kini menuju 17. Wah... sweet seventeen nih. Sekarang aku bersekolah di sebuah SMA favorit di kotaku. Teman-temanku baik padaku, sahabatku juga banyak, mungkin karena tentu saja aku cowok yang bisa dibilang friendly. Tentang pasangan? Hmm.. oke lah. Orang tua? Alhamdulillah masih utuh. Sahabat? Banyak, tapi... satu sahabat kecilku menghilang.
Dulu, ketika aku Taman Kanak-Kanak, hari gembiraku selalu bersamanya. Bersepeda, makan siang, bermain, jatuh dan segalanya bersama. Terkadang aku merasa bagian dari keluarganya, tiap saat aku ke rumahnya dan berdiam disana hingga petang.
Ya, Yudi namanya. Pernah suatu ketika yang aku ingat, kita pulang sekolah bersama dengan becak khas anak TK, berteriak semangat sepanjang perjalanan. Sepulang sekolah cepat – cepat aku ke rumahnya, tak tahu mengapa? Tapi itu kebiasaanku.

Bersepeda? Saat yang tak terlupakan ketika kita jatuh bersama di kali dekat rumahmu, haha.. ingat gak? Waktu aku menangis dan terpaksa sepeda kecilku digantung karena sudah tak layak pakai.
Ke sebuah kios bersama, kejadian ini yang tak pernah ku lupakan. Delapan tahun lalu kejadiannya, betis kecilku tergores besi di sepeda kecilmu hingga berbekas hingga kini, aku bersyukur akan luka ini. Karena berkat luka ini, Tuhan memberi ku ingatan tentang indahnya masa kecil kita.
Saat masuk SD pun kita bersama, begitu dekat. Namun hal itu terjadi, memang menyedihkan ditinggal Bunda tercinta. Kesedihan lama membuat waktu kita tak lagi ada. Satuan keluarga bahagia itu mulai menghilang dan tak lagi ada aku.
Sampai akhirnya benar-benar selesai saat naik ke kelas IV, kita terpisah. Mulai saat itu, kita tak pernah lagi bermain bersama. Entah kenapa? Aku tak tahu.. tiga tahun terakhir di SD tanpa kebersamaan kita.
SMP? Benar-benar hilang, kamu dimana? Masa putih-biru benar-benar tanpamu lagi. Tak ada kabar keluargamu pergi kemana, hanya rumah di pinggir jalan itu tersisa yang kini aku tak kenal siapa penghuninya. Terkadang aku merenung dan mulai berfikir, betapa indahnya kenangan di rumah beratap genting hijau ini.
Hingga kini, aku masih tak tahu keberadaanmu? Kamu dimana sahabat kecilku? Rumahmu yang dulu masih kokoh berdiri di dekat rumahku, dia adalah saksi bisu tentang persahabatan kita. Aku rindu akan masa kecil itu, aku selalu berdoa agar suatu saat nanati kita bisa bertemu lagi. Semoga... aku merindukan masa itu.
Sahabatmu : Galis

Komentar